Penang dan Semarang, dua kota ini memang tak ada hubungan. Karena ini menenui teman dari Semarang langsung teringat resto Cina Melayu yang lumayang terkenal di kota ini. Kebetulan pula keaslian rasa Melayu juga membuat lidah kangen untuk mencicipinya kembali.
Untung saja resto Seroeni yang berlokasi di lantai 3 Plaza Senayan sudah hadir sejak beberapa waktu yang lalu. Tampilan luar yang bersih minimalis dengan sentuhan kursi kayu, hiasan beraksen alami membuat resto ini terasa nyaman. Apalagi bangku-bangkunya dirancang mirip bangku warung makan di Malaysia.
Dibandingkan dengan resto gaya Cina peranakan yang ada di Jakarta memang Seroeni agak berbeda. Jika menu masakan Cina dengan adaptasi kuliner lokal atau bergaya Singapura sudah banyak, maka yang ini bergaya paduan Melayu Malayasia dengan Cina.
Tak heran jika di dalam menunya ada mi goreng mamak, nasi goreng belachan, shark fin's soup, sweet and spicy prawn, honey vinegar chicken dan black pepper beef. Khusus buat kopi dan teh, resto ini menyediakan Lavazza Coffee dan teh TWG 1837 dari Singapura. Termasuk aneka camilan untuk menenami kopi dan teh.
Thai belacan fired rice sangat memikat tampilannya. Nasinya kecokelatan menebar aroma gurih wangi, dikelilingi pelengkap berupa irisan nanas, mangga muda, bawang merah dan irisan cabai rawit merah. Rasa gurih terasi beraduk dengan asam segar nanas dan mangga serta renyah menggigit cabai. Hmm... unik dan penuh sensasi di lidah.
Brocoli with Cheese Sauce langsung menarik perhatian saya karena brokoli yang hijau segar ditata cantik di piring dengan genangan saus putih kental. Serabut halus putih telur bercampur dengan keju berselang-seling di kelilingnya. Brokolinya renyah segar, hanya sayang rasa kejunya kurang terasa kuat meskipun terasa semburat renyahnya.
Sebenarnya pesanan Black Pepper Beef sengaja saya lakukan buat menguji kehebatan resto ini. Jika tak pandai menangani black pepper beef biasanya liat dan kurang pedas. Sekali ini saya keliru, sekali gigit langsung terasa daging yang kering di luar lembut juicy di bagian dalam. Balutan saus mericanyapun merata, kental dan pedas-pedas gurih. Daging yang empuk enak ini membuat lauk inipun makin cepat tandas dari piring.
Kalau dibilang bosan, sebenarnya tidak. Namun, Golden Oatmeal Prawn pun menjadi pilihan juga. Karena lauk yang satu ini sering saya nikmati di resto Cina. Kali ini kembali saya diberi kejutan. Aroma wangi telur dan daun kari langsung menebar ke udara saat lauk ini disajikan. O la la... serabut halus telur menyelimuti seluruh udang jerbung yang gendut-gendut.
Biasanya udang ini disajikan dengan timbunan sereal (Nestum) yang lebih banyak. Tetapi chef Bob (yang berasal dari Penang) justru menebarkan lebih sedikit sereal. Serabut halus telur dadar yang digoreng garing terasa krenyes gurih. Serpihan sereal yang wangi berpadu dengan daun kari segar yang digoreng kering. Wah, benar-benar pas dengan daging udang goreng yang gurih renyah. Bahkan serabut telurpun ikut tuntas dari piring.
Gara-gara kekenyangan rencana mencicipi Snow Monster, es krim serut yang jadi unggulan dessert Seroeni pun batal. Padahal di buku menu ada berbagai pilihan dessert es krim yang sangat menggoda. Agaknya di kunjungan saya berikutnya, saya harus mencicipi kepiting Kam-Heong yang disukai pak Bondan. Belum lagi ada salted-egg butter crab yang pastinya gurih mengelus lidah.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar