Seorang koki selalu bergelut dengan makanan yang lezat dan berkalori tinggi. Bagi orang awam, makanan-makanan ini cukup menyebabkan sedikit penyempitan pembuluh darah. Tapi bagi koki yang menghabiskan hari-harinya dikelilingi oleh makanan berkalori tinggi, risiko kesehatannya lebih besar.
Menurut para ahli, menjadi koki bisa menjadi pekerjaan yang berbahaya, bukan hanya karena pisau tajam dan kompor yang panas, tapi karena konsumsi kalori yang di atas rata-rata. Dr Fred Vagnini, seorang ahli bedah jantung dan direktur medis Heart, Diabetes and Weight-Loss Centers of New York mengatakan bahwa ia merawat banyak koki terlatih, dan menurutnya koki adalah profesi yang tidak sehat.
"Beberapa dari mereka mengatakan kepada saya, 'Percayalah kepada saya, tidak ada koki yang kurus'. Itu adalah salah satu alasan menjadi gemuk. Cara hidup koki dapat menyebabkan penyakit jantung, obesitas, kolesterol tinggi dan diabetes,'" kata Vagnini.
Vagnini menjelaskan berbagai bahayanya bekerja di dapur sepanjang hari. Koki harus terus-menerus merasakan makanan beberapa kali dalam sehari, sehingga menyebabkan tingginya asupan kalori. Mereka juga menggunakan banyak garam dalam masakannya yang memicu keinginan untuk makan lebih banyak garam. Konsumsi garam berlebih diketahui berisiko menyebabkan penyakit jantung dan diabetes.
"Menjadi seorang koki adalah sebuah pencarian untuk belajar dan menikmati, dan ada sisi rakusnya di situ. Ini artinya terus-menerus memasak dan makan untuk memperluas cakrawala kuliner. Saya sendiri tidak pernah menghitung jumlah kalori," kata Jeffrey Saad, pembawa acara United Tastes of America, sebuah program memasak di channel televisi AS.
Jika rata-rata orang mengkonsumsi sekitar 2.000 dan 3.000 kalori per hari, Saad mengaku terkadang dia mengkonsumsi 4.000 kalori dalam sehari. Untuk mengimbanginya, Saad banyak bersepeda dan berolahraga. Ia juga makan lebih banyak salad dan buah-buahan untuk membersihkan lemak di tubuhnya.
Sama halnya dengan Saad, pemilik sebuah restoran terkenal sekaligus juri reality show Master Chef di AS, Joe Bastianich, mengatakan bahwa ia harus membuat beberapa perubahan gaya hidup ketika didiagnosis memiliki kolesterol tinggi lima tahun lalu.
"Gagasan makan hanya ketika lapar tidak dapat diterapkan dalam profesi ini. Seperti hal lainnya dalam hidup, sedang-sedang saja adalah kunci. Tapi saya yakin kebanyakan koki merasa bahwa keseimbangan itu adalah sebuah tantangan dalam kehidupan sehari-hari," kata Bastianich seperti dilansir FoxNews, Jumat (20/1/2012).
Bastianich mengatakan bahwa menjadi pemilik restoran tidak kondusif untuk mendukung pola makan yang sehat. Dan menurutnya, pendekatan yang ekstrim tidak akan berhasil. Mengelola kolesterol harus dilakukan secara holistik, yaitu lewat kombinasi pola makan, olahraga dan obat yang tepat.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar