Jakarta - Di era social media (socmed) ini, diperlukan metode baku untuk memverifikasi identitas dari pemilik akun. Identitas asli adalah informasi penting yang seyogyanya dapat diketahui oleh pemakai socmed.
Adapun Twitter telah mengembangkan metode verifikasi yang diharapkan bisa menghilangkan keraguan mengenai kesahihan suatu akun. Namun, ternyata metode verifikasi ini sempat juga mengalami kebocoran. Apakah yang terjadi? Apakah syarat akun terverifikasi? Mari kita simak!
Syarat Akun Twitter Terverifikasi
Informasi mengenai akun terverifikasi dapat ditemukan pada situs web Twitter. Dalam informasi yang kami peroleh, Twitter menggunakan metode ini untuk menentukan apakah suatu akun memiliki identitas yang autentik.
Tujuan dari metoda ini adalah untuk mengurangi kebingungan user Twitter akan otentisitas suatu akun. Sebuah akun yang terverifikasi akan memiliki 'verified badge' yang disediakan oleh Twitter. Verifikasi ini digunakan untuk menyakinkan otentisitas suatu akun. Kemudian, akun tersebut harus secara aktif mentweet.
Hanya saja, program verifikasi akun ini sudah ditutup untuk publik. Sebelumnya, Twitter memiliki form submisi untuk verifikasi akun, namun form itu sudah tidak ada lagi. Namun, Twitter masih memverifikasi akun advertising dan partner bisnis mereka.
Seharusnya, metoda verifikasi mereka dapat menjamin bahwa informasi identitas yang disajikan adalah otentik. Namun, seperti layaknya semua teknologi, tidak ada teknologi yang sempurna. Pemalsuan identitas dapat saja terjadi pada akun terverifikasi.
Wendi Murdoch dan Akun Palsu Terverifikasi
Kasus ini memang bukan operasi intelejen, namun ada orang yang iseng. Rupert Murdoch adalah raja media di barat. Dia memiliki Tabloid Sun, yang sangat terkenal di Inggris. Konon, beliau tertarik untuk membeli saham Twitter, oleh karena itu dia memiliki akun twitter terverifikasi.
Sehubungan dengan itu, beberapa saat setelah Rupert Murdoch merilis akunnya, @rupertmurdo ch, secara tiba-tiba ada sebuah akun yang mengklaim sebagai istri beliau. Akun @wendi_deng tersebut juga diverifikasi oleh Twitter.
Blogger Inggris sangat menyambut baik kehadiran kedua akun tersebut, bahkan sempat menulis mengenai mereka di beberapa blog. Adapun, akhirnya Twitter secara resmi mengumumkan bahwa akun verifed itu palsu, setelah selama sehari penuh tetap dalam status terverifikasi.
Akun @twittercomms, milik Twitter, mengakui bahwa mereka telah melakukan kesalahan verifikasi. Pemilik akun @wendi_deng tersebut juga pada awalnya keheranan, karena akun dia diverifikasi, tanpa pernah ada komunikasi langsung dari pihak Twitter.
Pemilik akun tersebut dituduh melakukan hal ini, karena dia ingin menguji sekuriti dari Twitter, dan mengejek News International, perusahaan milik Murdoch. Namun, dia membantah tuduhan tersebut, dan menekankan bahwa 'spoof account' ini diciptakan untuk bercanda saja.
Wartawan Guardian, Josh Holliday, melaporkan bahwa ternyata pemilik akun ini adalah seorang pria Inggris. Akun @wendi_deng tersebut sekarang sudah tidak terverifikasi lagi. Walaupun hal ini sudah cukup sebagai material tuntutan hukum, tapi News International., perusahaan milik Murdoch, tidak punya rencana apapun untuk itu.
Dokumen Gilchrist: Pemalsuan Identitas di Era Pra-socmed
Pemalsuan identitas adalah hal yang sangat umum terjadi di dunia politik. Pada Mei 1965, dr Soebandrio, menteri luar negeri RI dan kepala BPI (Badan Pusat Intelejen) mengumumkan bahwa pihaknya telah menemukan apa yang disebut sebagai 'Dokumen Gilchrist'.
Apakah Dokumen Gilchrist itu? Ia adalah Surat Andrew Gilchrist, duta besar Inggris untuk Indonesia, kepada mentri luar negeri kerajaan Inggris. Isi dokumen tersebut sangatlah tendensius, karena menyangkut konspirasi pihak barat untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah.
Padahal, Gilchrist sendiri tidak pernah menulis surat itu, sehingga bisa disimpulkan bahwa identitas dia dipalsukan. Ternyata dokumen ini adalah rekayasa intelejen Cekoslovakia.
Penulisan dokumen ini memang disengaja oleh pihak blok timur, dalam rangka melakukan disinformasi. Pemalsuan identitas adalah hal yang jamak dilakukan di dunia intelejen, ternyata hal ini juga dilakukan oleh orang awam di era socmed ini.
Quo Vadis Twitter?
Sebelum era socmed, pemalsuan identitas sudah sering terjadi dalam dunia politik. Hal ini dapat dilihat pada kasus 'Dokumen Gilchrist'. Langkah awal Twitter untuk menutup metode verifikasinya bagi publik sebenarnya sudah bagus, karena hal ini mengurangi kemungkinan terjadinya pemalsuan identitas.
Namun, ternyata hal ini masih terjadi juga. Twitter seyogyanya mengoptimalkan metode verifikasinya. Hal ini adalah pembelajaran bagi mereka, dan semoga tidak terulang lagi.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar