Mendengar kata wine, yang tebersit di benak adalah sebuah minuman berkelas. Kenyataan ini memang tak bisa dipungkiri. Selain karena harganya yang tak dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat, wine pun tidak bisa dinikmati sembarangan.
Ada teknik menikmati segelas wine hingga cara memadupadankannya dengan makanan. Ini karena penikmat wine tidak sekadar mencicipi wine, lebih dari itu juga harus mengapresiasi wine dengan benar. Misalkan melalui wine dinner atau wine tasting di mana para peserta bisa saling membandingkan rasa wine yang mereka cicipi.
Teknik yang harus dikuasai mulai dari penggunaan gelas khusus, cara membuka botol, hingga menuangkan wine. Dan seperti disebutkan sebelumnya, untuk menikmati wine ada teknik tersendiri. Ketika wine sudah dituang ke dalam gelas, hal pertama yang harus dilakukan adalah memutar-mutar gelas tersebut agar alkohol yang terdapat dalam wine menguap. Nah, udara yang mendorong penguapan itulah yang akan membawa aroma wine ke hidung kita dan selanjutnya hidung membiarkan kita menikmati cita rasa wine.
Lalu, dekatkan hidung kita ke ujung gelas dan mulailah menghirup aromanya.Kita akan dapat mengidentifikasi lebih spesifik aroma wine tersebut dengan mengira-ngira dari jenis buah anggur apakah wine itu dibuat. Misalkan dari jenis cabernet sauvignon atau chardonnay dengan hanya menghirupnya beberapa kali. Apabila menemukan aroma lain yang kita rasakan, hal itu sangat baik untuk menjadikan poin referensi guna ditambahkan lagi sebagai informasi dari jenis wine tersebut.
Tapi, jangan khawatir apabila kita tidak bisa persis mengidentifikasinya karena wine bukanlah sesuatu hal yang dapat didikte. Orang lain mengatakan jenis chardonnay memiliki rasa lemon, sedangkan kita bisa saja mengatakan memiliki rasa buah apel. Sekarang mulailah mencicipi wine. Reguk wine hingga memenuhi rongga mulut, kemudian lakukan seperti orang yang sedang berkumur-kumur, tahan sekejap, lalu telan, maka indera kita bakal menemukan tekstur, cita rasa, keseimbangan, dan kualitas pada wine tersebut.
Tapi kenyataannya, masih ada segelintir orang yang kurang memberi apresiasi pada minuman premium ini. Satu contoh ketika ada sebuah wine lounge yang mengadakan promosi wine free-flow selama dua jam dengan membayar jumlah tertentu. Pengunjung datang dan menikmati wine seperti layaknya meminum air putih.
Menikmatinya tanpa jeda demi waktu yang dibatasi hanya sampai dua jam. Istilahnya, tidak mau rugi karena telah membayar ratusan ribu, maka sebisa mungkin mereka menikmati wine sebanyak-banyaknya dalam waktu dua jam tersebut. Alhasil, ketika pulang ada seorang pengunjung yang jatuh tersungkur setelah muntah dan harus dibopong oleh kawan-kawannya!
Dari namanya, red wine, sudah pasti dibuat dari anggur merah. Di kalangan peminum wine Indonesia, jenis-jenis red wine yang terkenal adalah Merlot, Cabernet Sauvignon,Shiraz,dan Pinot Noir. Sementara untuk white wine yang dibuat dari anggur putih/hijau, yang paling dikenal di Indonesia adalah Chardonnay, Sauvignon Blanc, Semillon, dan Riesling.
Ada juga rose wine, yaitu minuman anggur berwarna merah muda yang dibuat dari anggur merah, namun dengan proses ekstraksi warna yang lebih singkat dibandingkan proses pembuatan red wine. Berbeda dengan sweet wine. Minuman ini masih banyak mengandung gula sisa hasil fermentasi sehingga membuat rasanya menjadi manis.
Yang lain adalah sparkling wine, yaitu minuman anggur yang mengandung cukup banyak gelembung karbondioksida di dalamnya. Hanya, sparkling wine yang dibuat dari anggur yang tumbuh di Desa Champagne dan diproduksi di Desa Champagne-lah yang boleh disebut champagne.
Terakhir, fortified wine, adalah wine yang mengandung kadar alkohol lebih banyak. Memang, butuh pemahaman lebih terhadap wine sebelum seseorang bisa fasih berbicara dan memberikan penilaian terhadap wine.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar