Studi tersebut dilakukan oleh para periset di Carnegie Mellon University, Massachusetts Institute of Technology dan Georgia Institute of Technology. Mereka berupaya menemukan cara untuk meningkatkan kualitas tweet.
"Jika kami memahami tweet apa yang pantas dibaca dan mengapa, kami mungkin bisa mendesain tool yang lebih baik untuk mempresentasikan dan memfilter konten, dan membantu orang-orang memahami ekspektasi user lain," tukas Paul Andre dari Carnegie Mellon.
Para periset menciptakan website bernama "Who Gives a Tweet?" untuk mengumpulkan evaluasi para pengunjung tentang tweet yang mereka terima. Dalam periode 19 hari, 1.443 pengunjung situs memberi rating sebanyak 43.738 tweet dari 21.014 account yang mereka follow.
Hasilnya, partisipan hanya menyukai sebanyak 36% tweet. Sedangkan 25% atau seperempat tweet tidak mereka sukai. "Jumlah konten yang signifikan dinilai tidak pantas dibaca dengan alasan bervariasi," sebut para periset.
Tweet yang tidak disukai misalnya update yang kurang penting mengenai mood atau aktivitas user. Sedangkan yang disukai contohnya link atau informasi yang penting.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar