Selama ini untuk melawan infeksi, dokter selalu memberikan obat yang dapat membunuh patogen. Sayangnya, itu bisa menyebabkan bakteri bermutasi dan kebal terhadap obat. Kini studi baru menunjukkan cara lain yaitu dengan memblokir patogen, bukan membunuhnya.
Secara historis, obat-obatan untuk penyakit menular telah dirancang untuk membunuh patogen penyebab infeksi. Ini dapat menyebabkan banyak parasit dan bakteri pada akhirnya dapat bermutasi, sehingga terjadi resistensi obat.
Dalam studi ini, peneliti menunjukkan bahwa menggunakan agen eksperimental untuk memblokir satu jenis enzim dalam kultur sel pada tikus, mencegah parasit tertentu memasuki sel darah putih. Hal tersebut merupakan langkah yang diperlukan parasit untuk menyebabkan infeksi.
Metode tersebut berlaku untuk patogen yang harus memasukkan sel inang untuk bertahan hidup dan melakukan kerusakan. Beberapa patogen dapat berkembang dalam tubuh inang di luar dinding sel. Para peneliti menguji obat terhadap parasit Leishmania, yang ditularkan oleh gigitan lalat yang terinfeksi.
Leishmania dasarnya membajak sel darah putih host untuk menyebabkan infeksi kulit yang disebut leishmaniasis kulit.
"Kami tidak mengklaim kita memiliki obat baru untuk pengobatan infeksi patogen. Namun, jika strategi ini dapat bekerja, maka obat dapat dikembangkan untuk menargetkan jalur yang berbeda di host mungkin penting untuk invasi patogen," kata Abhay Satoskar, profesor patologi di Ohio State University seperti dilansir dari MedicalNewsToday, Rabu (11/1/2012).
Salah satu obat yang diujicobakan seperti AS-605240, yang menargetkan satu jenis enzim yang diaktifkan ketika sel-sel darah putih mengenali patogen dan tubuh inang mulai merespons kekebalan tubuh. Enzim PI3K gamma, mengontrol gerakan sel serta perubahan membran sel yang memungkinkan patogen untuk menembus dinding sel.
Ketika perawatan digabungkan, efek penyembuhan lebih kuat daripada tikus yang menerima hanya satu jenis pengobatan. Temuan dalam pekerjaan ini menunjukkan bahwa strategi tersebut dapat digunakan tidak hanya untuk pengobatan, tetapi juga untuk pencegahan.
"Jika memiliki obat yang akan mengurangi jumlah fagosit yang datang ke lokasi infeksi setelah parasit masuk ke kulit, akan menyebabkan infeksi yang lebih ringan. Sehingga tubuh mungkin dapat mengontrol sendiri," kata Satoskar.
Hasil studi tersebut telah muncul secara online dalam Proceedings of the National Academy of Sciences edisi awal.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar