nama gunung : Gunung Burangrang
Ketinggian : 2050 mdpl
Lokasi : Bandung
Lama pendakian : 3-4 jam
waktu pendakian : 10-11 September 2011
1) Dari jakarta (lebak bulus) naik bus jurusan Bandung/Tasik/Garut dan turun di jembatan Cimareme (setelah gerbang tol padalarang.)ongkos : Rp 26.000,00
2) Turun ke bawah (jalan raya cimareme), naik salah satu angkot yang ke arah kiri
• Angkot ijo-orange (padalarang-cimahi-st.hall/lw panjang)
• Angkot ijo-kuning-item (cililin-batu jajar-cimahi)
• Angkot orange (padalarang-cimahi) Turun di perempatan citeureup-kolonel masturi ;
ongkos Rp 2.000,00
3) Ganti angkot kuning jurusan Cimahi (atas)-cisarua-parongpong,
Via jalur legok haji : turun di SPN
Via jalur komando : turun di pertigaan komando ;
ongkos Rp 4.000,00
4) Dari pertigaan komando jalan kaki masuk ke dalam atau naik ojek. jalan kaki sekitar 30 menit dari gerbang yang bertuliskan “KOMANDO”,
Kami berjalan ke dalam melewati rumah-rumah penduduk dan kebun-kebun penduduk. Ikuti saja jalan besarnya, jalan besar ini nanti akan menuju pos kopassus di atas. Kami memotong jalan melewati kandang sapi dan pemukiman penduduk, karena jalan besar yang kami lalui memutar cukup jauh untuk menuju pos kopassus. Pendakian dimulai dari pos penjagaan kopassus, setelah melapor dan meninggalkan fotokopi KTP kami pun di izinkan untuk ke atas sana. Biasanya yang akan menuju ke gunung burangrang di kenakan biaya Rp 5.000,00/ orang, untuk ngopi-ngopi alasannya. Di sini saya sempet meminta ijin juga untuk ke situ lembang. Awalnya kami tidak di izinkan, tapi setelah kami mengobrol-ngobrol sepertinya kami di izinkan jika ingin melanjutkan perjalanan ke situ lembang pulangnya (tergantung diplomasinya)
Keterangan : "jika tidak musim latihan kopassus, para pendaki di izinkan mendaki burangrang dan ke situ lembang. Tanyakan dulu pada para penduduk di sekitar tempat latihan kopassus atau kepada penjaga pos kopassusnya. Hal ini dikarenakan gunung burangrang dan situ lembang telah menjadi tempat latihan kopassus."
Menuju puncak I
Dari gerbang militer ini akan ada pertigaan, yang ke kanan menuju situ lembang dan curug (jalannya cukup besar dan berbatu, dapat dilalui mobil) sedangkan yang ke kiri dan agak kecil adalah jalan menuju gunung burangrang. Kami menyusuri jalan yang ke kiri ini sampai menemukan tanki air warna biru di sebelah kanan. Di deket tanki air ini akan ada pertigaan lagi, yang ke kanan mengarah masuk ke hutan pinus dan yang lurus menuju entah kemana. Kami sempat salah jalan mengikuti jalan lurus yang agak lebar, tapi jalan ini malah berbelok ke kiri dan turun menuju perkampungan. Akhirnya kami kembali ke tanki biru itu dan mengambil jalan ke kanan yang memasuki hutan pinus. Selepas keluar dari hutan pinus ini, jalur yang kami landai lalu kemudian menanjak sangat terjal. Tanjakan ini sangat terjal, lutut dan dada hampir bertemu untuk menggambarkan terjalnya jalan ini. Kami pun harus menggunakan tangan untuk meraih akar pohon atau batang yang memudahkan kami berpegangan dan mengangkat badan kami. Setelah 30 menitan kami berjalan, akhirnya kami sampai pada satu daratan datar yang disebut pra-puncak I, karena bukan puncak hanya akhir dari jalan yang menanjak dan terjal. Dari pra-puncak I menuju puncak I jalan cukup landai dan dekat, tidak seperti menuju ke pra puncak I.
Perjalanan menuju puncak II
Perjalanan menuju puncak II, diawali dengan jalan sedikit menurun dari puncak I. Tanjakan awal setelah jalan menurun dari puncak I cukup landai, akan tetapi sedikit demi sedikit jalan mulai terjal tapi tidak seterjal jalan menuju pra-puncak I. Setiap tanjakan ada beberapa meter yang ckup landai, jadi kami bisa menarik napas. Sampai pada akhirnya kami menemukan dataran yang cukup luas (muat sampai 3 tenda kapasitas 4 orang) dan terlindung pohon-pohon. Kami memutuskan beristirahat di sini, untuk melanjutkan perjalanan ke esokan harinya.
Menuju Puncak III
Dari puncak II jalan yang kami lalui langsung menurun cukup panjang, kemudian landai dan kembali naik. Menuju puncak III kita akan melalui igir-igir/punggung gunungan. Jalan hanya selebar 1,5 meter dengan kanan-kiri jurang dengan pohon-pohon yang di sampingnya. Dari sini kita bisa melihat situ lembang dengan jelas jika cuaca tidak berkabut. Sebagian tumbuhan yang mendominasi adalah ilalang dan semak-semak yang cukup rapat. Kadang-kadang kita akan menemui pohon tumbang yang menghalangi jalan, yang membuat kita terpaksa untuk merangkak atau melompatinya untuk melaluinya. Sampai akhirnya kita bertemu daratan cukup luas (puncak meong) dan ada pertigaannya. Arah yang ke kanan dan menanjak itu akan menuju gunung tangkuban perahu dan yang sebelah kiri dan menurun itu adalah jalan menuju puncak burangrang. Ya..untuk menuju puncak burangrang kita harus turun terlebih dahulu kemudian kembali naik kembali. Jalan yang kami lalui lebih sempit dari tadi dan kadang-kadang ada tali yang membatasi pinggir kami agar kami tidak terlalu berjalan terperosok ke kanan atau kiri lalu jatuh ke jurang. Tak lama berjalan dari puncak meong kami sampai lagi di daratan yang tidak begitu luas dan tidak terlindung oleh pohon-pohon tepat berada di bawah puncak sesungguhnya (puncak burangrang.) dan di sini kita akan menemukan plakat Maman Suherman. Dari sini tugu tringulasi sudah terlihat, kita harus mendaki tanjakan berbatu yang curam. Akhirnya kami sampai di puncak Burangrang (2050 mdpl) setelah melalui perjalanan sekitar 3 jam dari pos pendaftaran.
Dari gerbang militer ini akan ada pertigaan, yang ke kanan menuju situ lembang dan curug (jalannya cukup besar dan berbatu, dapat dilalui mobil) sedangkan yang ke kiri dan agak kecil adalah jalan menuju gunung burangrang. Kami menyusuri jalan yang ke kiri ini sampai menemukan tanki air warna biru di sebelah kanan. Di deket tanki air ini akan ada pertigaan lagi, yang ke kanan mengarah masuk ke hutan pinus dan yang lurus menuju entah kemana. Kami sempat salah jalan mengikuti jalan lurus yang agak lebar, tapi jalan ini malah berbelok ke kiri dan turun menuju perkampungan. Akhirnya kami kembali ke tanki biru itu dan mengambil jalan ke kanan yang memasuki hutan pinus. Selepas keluar dari hutan pinus ini, jalur yang kami landai lalu kemudian menanjak sangat terjal. Tanjakan ini sangat terjal, lutut dan dada hampir bertemu untuk menggambarkan terjalnya jalan ini. Kami pun harus menggunakan tangan untuk meraih akar pohon atau batang yang memudahkan kami berpegangan dan mengangkat badan kami. Setelah 30 menitan kami berjalan, akhirnya kami sampai pada satu daratan datar yang disebut pra-puncak I, karena bukan puncak hanya akhir dari jalan yang menanjak dan terjal. Dari pra-puncak I menuju puncak I jalan cukup landai dan dekat, tidak seperti menuju ke pra puncak I.
Perjalanan menuju puncak II
Perjalanan menuju puncak II, diawali dengan jalan sedikit menurun dari puncak I. Tanjakan awal setelah jalan menurun dari puncak I cukup landai, akan tetapi sedikit demi sedikit jalan mulai terjal tapi tidak seterjal jalan menuju pra-puncak I. Setiap tanjakan ada beberapa meter yang ckup landai, jadi kami bisa menarik napas. Sampai pada akhirnya kami menemukan dataran yang cukup luas (muat sampai 3 tenda kapasitas 4 orang) dan terlindung pohon-pohon. Kami memutuskan beristirahat di sini, untuk melanjutkan perjalanan ke esokan harinya.
Menuju Puncak III
Dari puncak II jalan yang kami lalui langsung menurun cukup panjang, kemudian landai dan kembali naik. Menuju puncak III kita akan melalui igir-igir/punggung gunungan. Jalan hanya selebar 1,5 meter dengan kanan-kiri jurang dengan pohon-pohon yang di sampingnya. Dari sini kita bisa melihat situ lembang dengan jelas jika cuaca tidak berkabut. Sebagian tumbuhan yang mendominasi adalah ilalang dan semak-semak yang cukup rapat. Kadang-kadang kita akan menemui pohon tumbang yang menghalangi jalan, yang membuat kita terpaksa untuk merangkak atau melompatinya untuk melaluinya. Sampai akhirnya kita bertemu daratan cukup luas (puncak meong) dan ada pertigaannya. Arah yang ke kanan dan menanjak itu akan menuju gunung tangkuban perahu dan yang sebelah kiri dan menurun itu adalah jalan menuju puncak burangrang. Ya..untuk menuju puncak burangrang kita harus turun terlebih dahulu kemudian kembali naik kembali. Jalan yang kami lalui lebih sempit dari tadi dan kadang-kadang ada tali yang membatasi pinggir kami agar kami tidak terlalu berjalan terperosok ke kanan atau kiri lalu jatuh ke jurang. Tak lama berjalan dari puncak meong kami sampai lagi di daratan yang tidak begitu luas dan tidak terlindung oleh pohon-pohon tepat berada di bawah puncak sesungguhnya (puncak burangrang.) dan di sini kita akan menemukan plakat Maman Suherman. Dari sini tugu tringulasi sudah terlihat, kita harus mendaki tanjakan berbatu yang curam. Akhirnya kami sampai di puncak Burangrang (2050 mdpl) setelah melalui perjalanan sekitar 3 jam dari pos pendaftaran.
“ tulisan memiliki umur yang panjang lebih panjang dari umur kita., tapi vandalisme bukan salah satu cara agar namamu dikenang oleh dunia melebihi umurmu” – Burangrang, 10-11 September 2011.
Kami pun ingin sedikit meniru para manusia homo erectus ini. Bagaimana rasanya membawa sekaleng cat dan kuas di dalam ransel saya. Mencoba bekerja mengusapkan kuas-kuas ini di tugu tringulasi puncak burangrang.
Kami pun ingin sedikit meniru para manusia homo erectus ini. Bagaimana rasanya membawa sekaleng cat dan kuas di dalam ransel saya. Mencoba bekerja mengusapkan kuas-kuas ini di tugu tringulasi puncak burangrang.
0 komentar:
Posting Komentar