Pages

Jumat, 30 Desember 2011

Gegap Gempita Tren Busana 2012

detail berita
Wanita memakai baju print bunga (Foto:Corbis)
PERHELATAN akbar yang telah terjadi di pusat mode dunia, di antaranya Paris, Milan, London, dan New York untuk melahirkan tren busana tahun depan, secara kompak melahirkan napas yang hampir sama.

Fashion week yang selalu dihadiri semua “hakim agung” dunia busana ini segera melansirkan semua padu padan runway-nya kepada publik untuk tren fahion tahun depan. Semua orang menunggu, apalagi yang akan dihadirkan di panggung dunia ini.  Termasuk di antaranya potongan, warna, dan gaya apa yang akan menjadi “sesuatu” dan akan menginspirasikan semua desainer dunia dalam melahirkan koleksinya.

Didiet Maulana, desainer dan Founder Ikat Indonesia mencoba membagi sedikit pengalaman dan pengamatannya terhadap tren busana yang akan menjadi “sesuatu” itu tadi pada 2012. “Kembali ke Alam”, menurutnya adalah salah satu tren mode 2012. Warna-warna alam dan turunannya akan mem-”boikot” isi lemari penganut tren terkini. Oranye dengan warna turunannya, yaitu tangerine (warna dari jeruk Mandarin) dan pink dengan turunannya, yaitu nude, pink dan fuchsia akan menjadi primadona.

Kemudian motif alam seperti daun, floral, dan animal akan banyak dijumpai dalam motif cetak desainer dunia. Sebutlah desainer muda kelahiran Athens, Mary Katrantzou, kemudian Altuzzara, Derek Lam dan Cynthia Rowley membawa motif print menjadi kekuatan musim depan. Untuk tema potongan, untuk busana wanita akan menjadi sangat feminin dengan model ruffles di pinggang atau lebih “sesuatu” kalau disebut sebagai peplum.

Beberapa rumah mode yang memakai cutting ini, antara lain Rodarte, Thakoon, Celine, dan Givenchy. Dengan teknik bias cut di atas pinggang, peplum menambah khazanah tren 2012. Memasuki wilayah tren busana pria, pilihan warna yang dianut tetap mengacu ke warna alam, yaitu perpaduan antara oranye, merah, biru, hijau, dan warna kuning mustard. Warna ini dipadukan dengan warna hitam dan abu-abu untuk menambah kesan maskulinnya.

Mulai dari Bottega Venetta, Louis Vuitton, Prada yang memadukan warna-warna kuat tadi dengan sensasi maskulin dari warna abu-abu, camel, dan hitam. Kemudian tema print masih diusung oleh Givenchy lewat print-nya “birds of paradise flower”—lagi-lagi mengambil tema alam. Nama bunga dari Afrika Selatan yang menyerupai burung ini menginspirasikan Ricardo Tisci, sang desainer yang sedang naik daun untuk dijadikan tema print-nya.

Bagaimana dengan Indonesia? Kalau melihat semua tren di atas,sepertinya kita tidak usah takut tertinggal dengan tren tahun depan. Bukan berarti harus melakukan belanja heboh demi menjadi korban mode yang hanya bertahan beberapa bulan. Jawabannya mungkin tersimpan di lemari kita. Kain tradisional kita mulai dari songket, tapis, batik, dan tenun ikat memiliki berbagai bentuk corak yang tidak kalah menarik dari print motif desainer internasional.

Ditambah keragaman warna dan material yang beragam.Indahnya tapis Jambi, tenun Bali, tenun Sumba, batik Lasem, dan beribu kerajinan Indonesia menjadi tema tersendiri yang membuat kita menjadi spesial. Tidak harus mengenakan busana haute couture untuk menjadi “sesuatu”. Proses pembuatan kain tradisional pun sudah menjadi sesuatu yang couture, dengan beragam proses dan ritual dalam persiapannya.

Tak lagi berjam-jam, bahkan memakan waktu bulanan dan tahunan untuk menyiapkan sang kain tersebut. Jadi, siapkah mengadaptasi tren dunia 2012 dalam khazanah busana khas Indonesia? Tantangan yang mungkin membuat para “hakim agung”dunia fashion tersebut berdecak kagum kepada Anda.

Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More