Pelukan dan sentuhan fisik yang lembut penuh kasih sayang dari seorang ibu disebut-sebut bisa memicu perubahan kimiawi di otak. Perubahan itu berupa peningkatan kadar interleukin 10, yakni sejenis molekul di otak yang menghambat efek berbagai jenis narkoba.
Untuk membuktikannya, para peneliti dari Duke University dan University of Adelaide di Australia melakukan percobaan pada beberapa ekor anak tikus dan induknya. Percobaan yang dilakukan pada peneliti tersebut menggunakan teknik yang disebut handling paradigm.
Sebagian anak tikus dipisahkan dari kandang induknya selama 15 menit, lalu dikembalikan lagi. Perlakuan ini membuat induk ikus tergerak untuk menghampiri anaknya, mengendus-endus dan terlibat kontak fisik lebih intens dibandingkan yang tidak pernah dipisahkan.
Dalam eksperimen berikutnya, anak-anak tikus dipisahkan lagi dan ditempatkan di sebuah kandang yang memiliki 2 ruangan. Anak-anak tikus bebas memilih mau masuk ruangan, lalu akan disuntik morfin jika memilih masuk ke salah satu ruangan yang telah ditandai.
Dalam beberapa kali percobaan, anak tikus yang jarang diendus-endus iduknya cenderung kembali ke ruangan yang ada morfinnya meski sudah tidak pernah diberi morfin lagi. Kecenderungan ini menunjukkan gejala kecanduan, yang tidak ditemukan pada anak tikus yang sering diendus-endus induknya.
Meski baru dibuktikan pada tikus, mekanisme yang sama diyakini juga terjadi pada manusia meski tidak mungkin dibuktikan dengan cara yang sama. Secara etis, sangat tidak manusiawi untuk memisahkan anak dengan ibunya lalu menyuntiknya dengna morfin hanya untuk melihat bagaimana efeknya.
Namun para peneliti mengatakan, molekuol interleukin juga ditemukan pada otak manusia dan kadarnya dipengaruhi oleh emosi dan kasih sayang. Dikutip dari Dailymail, Jumat (9/12/2011), molekul ini menghambat munculnya rasa senang dan efek ketagihan dari narkoba.
sumber
0 komentar:
Posting Komentar