Pages

Jumat, 27 Januari 2012

Beginilah Cara Penderita Kusta Cari Makan Buat Hidup

img
Kampung Kusta (detikHealth)
 Kebanyakan mantan pengidap kusta tidak punya tangan dan kaki yang utuh, sebagian jarinya mungkin sudah lepas bersama organ tubuh yang lain. Meski jari-jarinya tak utuh penderita kusta masih semangat mencari nafkah baik dengan menjadi petugas kebersihan, menarik becak ataupun membuat kerajinan.

Untuk mendapatkan kesempatan bekerja di sektor formal seperti orang-orang sehat, para mantan pengidap kusta masih sering terbebani oleh stigma negatif dari masyarakat.

Kesempatan untuk berkegiatan memang sangat dibutuhkan oleh para mantan pengidap kusta agar bisa mandiri. Karena banyak penghuni Kampung Kusta yang butuh kegiatan sampingan, sekelompok mahasiswa mendirikan semacam yayasan untuk membantu penderita kusta mandiri.

Salah satu kegiatan yang ditekuni penderita kusta untuk mendapat tambahan biaya selain menjadi petugas kebersihan adalah membuat keterampilan payet. Penghuni kampung kusta Sitanala Tangerang, kini makin terampil menjahit jilbab payet nan cantik meski dengan kondisi tangan tak utuh.

Jilbab-jilbab payet yang modis itu dijual dengan pemasaran yang masih sangat terbatas. Kadang-kadang dijual di pameran sosial, namun beberapa mahasiswa dari Universitas Indonesia (UI) juga membantu menjualnya secara online.

Keuntungan dari penjualan jilbab payet memang tidak besar, sebab produksinya juga tidak dikelola secara profesional. Kalau beruntung, dalam sebulan para perajin yang seluruhnya merupakan penghuni Kampung Kusta Sitanala di Karangsari, Neglasari, Tangerang ini masing-masing bisa menabung Rp 250 ribu.

"Uang segitu memang kecil Mas, tapi coba bandingkan dengan penghasilan mereka sehari-hari. Kebanyakan dari mereka hanya menjadi petugas pembersih jalan, upahnya lebih tidak seberapa," kata Maya, salah seorang relawan Nalacity Foundation yang mendampingi para perajin saat ditemui dalam jumpa pers Hari Kusta Sedunia di Gedung Kemenkes, Jumat (27/1/2012). Hari Kusta sedunia diperingati setiap tanggal 29 Januari.

Menjahit jilbab payet memang menjadi kegiatan rutin sekitar 20 orang mantan pengidap kusta di Kampung Kusta yang terletak persis di belakang RS Kusta Sitanala, Tangerang. Sebagian atau hampir semua yang terlibat dalam kegiatan ini adalah ibu-ibu, yang pekerjaan utamanya seperti disebutkan oleh Maya adalah menjadi petugas kebersihan kota.

Kegiatan ini berawal dari inisiatif 5 mahasiswa UI dari berbagai fakultas, yang mulai terjun mendampingi para penghuni kampung kusta sejak awal tahun 2010. Karena banyak penghuni Kampung Kusta yang butuh kegiatan sampingan, maka para mahasiswa ini mendirikan Nalacity Foundation yang kini memiliki lebih dari 20 relawan.

Relawan ini aktif memberikan pendampingan dan memasok bahan baku antara lain kain dan payet atau manik-manik. Selain itu, sebulan sekali para relawan juga datang untuk mengambil jilbab yang sudah siap dipasarkan untuk dijual di pameran-pameran.

Memiliki kegiatan yang bisa menghasilkan uang memang sangat dibutuhkan penderita kusta karena mereka masih sulit bekerja di sektor formal.

"Sebenarnya lingkungan tidak mengucilkan saya, tapi saat ini saya belum berani melamar-melamar kerja. Takut enggak enak dilihat orang," kata Roby, seorang remaja mantan pengidap kusta asal Jakarta yang kulitnya menghitam akibat efek samping pengobatan.

Kasubdit Pengendalian Kusta dan Frambosia Kementerian Kesehatan, dr dr Christina Widaningrum, M.Kes mengakui bahwa perilaku diskriminatif masih sering ditemukan di masyarakat terhadap pengidap kusta. Dalam sebuah kunjungan ke Bengkulu Selatan, ia pernah menemukan pengidap kusta yang dikucilkan di tengah sawah.

"Nggak boleh itu. Saya berusaha keras agar mereka tidak lagi mendapat stigma negatif dari masyarakat. Yang di bengkulu Selatan itu saya datangi sendiri, saya kasih penyuluhan," kata dr Ning, panggilan akrabnya, saat ditemui di acara yang sama.

Kusta adalah penyakit menular, menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (mycobacterium leprae) yang menyerang kulit, saraf tepi dan jaringan tubuh lain. Jika tidak terdiagnosis dan diobati secara dini akan menimbulkan kecacatan menetap.


Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More