Makanan yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan para astronot dikeringkan sebagian atau seluruhnya untuk mencegah pembusukan. Daging pun diberi sinar radiasi agar lebih tahan lama. Maklum, perjalanan luar angkasa membutuhkan waktu yang lama.
Cara makannya pun berbeda dengan di bumi. Daging disimpan sesuai urutan di dalam lemari besi. Ketika dikeluarkan, daging harus dipasang kuat-kuat di atas meja atau pangkuan astronot dengan kain khusus agar tidak mengapung.
Tanpa gravitasi, aroma makanan menghilang sebelum sampai ke indera penciuman. Makanya, makan terasa kurang nikmat. Apalagi, cairan yang ditelan naik ke bagian atas tubuh astronot karena tekanan udara, sehingga kepala mereka terasa berat. Karena inilah para astronot sering mengalami hidung tersumbat. Mereka membutuhkan makanan yang memiliki rasa kuat untuk mengatasinya.
Pada tahun 2006, astronot bernama Mark Polansky memesan cocktail udang setiap hari, untuk 3 kali makan, selama 2 minggu perjalanannya ke antariksa. Namun, bukan karena udangnya terasa sangat lezat, melainkan karena sausnya.
“Udang yang dikeringkan dan dibekukan terasa mirip kardus. Saus berbahan horseradish (lobak pedas) lah rahasianya. Horseradish adalah bahan ajaib yang bisa melegakan hidung,” ujar astronot John Grunsfeld kepada ABC News.
Agar makanan luar angkasa lebih bervariasi, NASA telah merekrut celebrity chef Rachael Ray dan Emeril Lagasse. Rachael membuat spicy Thai chicken dan kari sayuran, sementara Emeril menyarankan buncis dengan saus pedas.
Untuk memenuhi kebutuhan akan makanan spicy, bahan-bahan penting seperti garam, merica, saus tomat, mustard, dan mayones perlu digunakan. Namun, tentu saja garam dan merica harus dimasukkan ke dalam adonan, bukan ditambahkan saat akan makan. Pasalnya, butiran halusnya dapat melayang ke mana-mana.
Berdasarkan berita yang dilansir Daily Mail, menu lain yang diinginkan para astronot adalah tart lemonade, makanan berbahan mustard, atau pizza.
Jean Hunter, insinyur dari Cornell University, mengatakan astronot yang sedang menjalankan misi untuk waktu lama umumnya kurang makan.
“Di bumi, mungkin pola makan ini baik. Namun, di ruang angkasa, masalah seperti kehilangan massa otot dan tulang akibat mikrogravitasi bisa diperparah jika kurang asupan kalori,” ujar wanita yang sedang melakukan riset untuk penerbangan dalam durasi panjang.
Saat ini, ia sedang merekrut sukarelawan untuk simulasi misi antariksa selama 4 bulan. Tujuannya adalah untuk menguji coba menu apa yang cocok dibawa ke angkasa luar.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar