Zach Avery (dok: Telegraph)
London, Ketika berusia 3 tahun, bocah laki-laki ini mengatakan pada ibunya bahwa ia adalah seorang gadis. Ternyata diketahui bahwa anak laki-laki ini memiliki gender identity disorder (gangguan identitas gender). Sejak itu ia terus-terusan bicara ingin ganti kelamin yang membuat orangtuanya tak berdaya.Zach Avery terlahir dengan jenis kelamin laki-laki, tapi seiring waktu anak ini berpikir adalah seorang perempuan dan ia marah karena menjadi seorang laki-laki. Ia pun selalu memiliki keinginan memakai pakaian perempuan.
Awalnya orangtua Zach mengira yang hal itu hanya sementara, tapi ternyata hal ini makin serius dan ia menjadi sangat marah ketika ada yang memanggilnya anak laki-laki. Selain itu ia pernah frustasi dan mencoba untuk memotong penisnya.
Orangtua Zach pun akhirnya memutuskan mencari bimbingan dari para ahli dari Tavistock and Patman Foundation Trust di London. Setelah melakukan konsultasi selama berbulan-bulan, dokter mendiagnosis Zach dengan gangguan identitas gender (gender identity disorder). Kondisi ini membuat Zach memiliki keyakinan bahwa ia lahir dengan jenis kelamin yang salah.
Sekitar 1 tahun kemudian saat ia berusia 5 tahun, Zach hampir sulit untuk dikenali. Ia memiliki rambut panjang yang dikuncir ke belakang, menggunakan kacamata pink, memiliki koleksi boneka. Orangtua pun mengakui bahwa Zach sekarang berbeda tapi ia lebih bahagia dari sebelumnya.
Ibunda Zach, Theresa Avery (32 tahun) mengaku membuat keputusan yang sulit ketika akhirnya ia mau berbicara. Hal ini dilakukannya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang gender dysphoria yang digolongkan sebagai kondisi kejiwaan.
"Saya ingin dia bahagia. Jika ini adalah hal yang memang harus diambil, jika ini adalah hal yang bisa membuatnya bahagia, maka ia akan mendapatkan dukungan penuh dari saya," ujar Avery, seperti dikutip dari Telegraph, Selasa (21/2/2012).
Avery menuturkan masyarakat perlu menyadari kondisi ini karena sebenarnya umum terjadi. Kini Zach mulai terobsesi dengan karakter Dora the Explorer dan mulai berpakaian perempuan. Beruntungnya SD tempat Zach bersekolah mendukung hal ini dengan menjelaskan pada anak-anak lain dan mengubah beberapa toilet menjadi unisex.
Zach pun kini suka bermain dengan mainan kakak perempuannya meski ia masih suka bermain dengan saudara laki-lakinya. Selain itu orangtua Zach juga masih menaruh beberapa pakaian netral di lemari bajunya.
"Kami menyerahkan padanya untuk memutuskan apa yang ingin dilakukannya. Jika pikirannya berubah dan berniat menjadi laki-laki lagi ia bisa melakukannya, tapi jika tidak maka kami pun tidak memaksa," ujar Avery.
Tavistock and Patman Foundation Trust yang merupakan badan nasional di Inggris untuk gangguan identitas gender menuturkan jumlah anak yang didiagnosis dengan kondisi ini telah meningkat dari 97 kasus di tahun 2009-2010 menjadi 165.
Hal ini menunjukkan semakin tingginya kesadaran dari masyarakat mengenai kondisi tersebut. Meski begitu, diketahui hanya 7 anak yang didiagnosis memiliki gangguan tersebut di bawah usia 5 tahun pada tahun lalu.
Orangtua maupun dokter masih menunggu sampai usia Zach dewasa hingga ia bisa berpikir matang.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar