Pages

Kamis, 19 Januari 2012

Anak Autis Dimasukkan dalam Ransel Sebagai Hukuman di Sekolah

img
(dok: The Guardian)
Kentucky, AS, Seorang ibu dipanggil pihak sekolah karena anaknya membuat ulah. Saat datang ke sekolah, betapa terkejutnya sang ibu karena anaknya dimasukkan dalam tas ransel besar sebagai hukuman buat si anak yang ternyata menyandang autis.

Sandra Baker mengaku belum menerima permintaan maaf dari pihak sekolah setelah anaknya dimasukkan ke dalam tas ransel sebagai hukuman atas autisme-nya. Ibu dari seorang anak autis berusia 9 tahun ini menuntut agar guru yang bertanggung jawab atas insiden ini agar diberhentikan dan menghimbau agar praktek serupa tidak terulang.

Sandra Baker, warga Harrodsburg, Kentucky mengatakan bahwa anaknya Christopher, menarik diri dan tidak komunikatif sejak mengalami insiden di Sekolah Menengah Mercer County dua minggu lalu.

Baker dipanggil ke sekolah pada tanggal 14 Desember 2011 oleh seorang pejabat sekolah yang mengatakan bahwa anaknya telah membuat ulah. Ia terkejut ketika menemukan anaknya berada di dalam tas.

"Saya tidak bisa menggambarkan perasaan saya ketika melihatnya. Sangat mengganggu saya melihat tas hijau besar itu berada di lorong di luar kelas. Saya berpikir, 'tidak'. Saya sangat terkejut, saya membeku dan merapat ke dinding," kata Baker seperti dilansir The Guardian, Kamis (19/1/2012).

Ketika mendengar suara Baker berbicara dengan pejabat sekolah tersebut, anaknya berteriak.

"Dia berkata, 'Ibu, apakah itu kau? Saya bilang padanya untuk keluar dari kantong sekarang. Dia berkeringat, matanya terbelalak. Yang bisa dia lakukan hanyalah menatapku. Dia tampak ketakutan dan tidak berbicara. Saya terkejut dan marah," kata Baker.

Dia sangat terganggu ketika seorang guru mencoba mencegah anaknya keluar dari tas, namun Baker berusaha membebaskannya. Pada pertemuan berikutnya dengan direktur pendidikan khusus dan kepala sekolah, dia diberitahu bahwa Christopher ketika itu membawa bola. Ketika diperintahkan untuk meletakkannya, ia malah melemparkannya ke seberang ruangan.

"Dia tidak menyakiti siapa pun atau dirinya sendiri. Saya bertanya, mengapa Anda menempatkan dia dalam tas? Dia bilang itu untuk terapi. Direktur pendidikan khusus mengatakan kepada saya bahwa cara itu juga digunakan untuk anak-anak lain," kata Baker.

Kasus ini telah memicu kampanye yang mengutuk insiden itu sebagai pelecehan. Lebih dari 18.000 orang telah menandatangani petisi online kepada dewan pendidikan di Kentucky dan menyerukan kepada guru yang bertanggung jawab untuk dipecat, atau setidaknya dilatih dengan benar mengenai teknik intervensi khusus dalam mendidik siswa berkebutuhan khusus.

Petisi tersebut menyoroti kurangnya pelatihan di kalangan pendidik dalam menangani siswa yang memiliki autisme dan cacat lainnya. Di Alabama, seorang gadis autis berusia 14 tahun, Emily Halcombe, dituduh melakukan tindakan kriminal karena memukul gurunya. Tuduhan itu kemudian dicabut setelah adanya petisi serupa.

Kasus Christopher Baker juga menarik perhatian karena kurangnya undang-undang yang melarang penggunaan pengurungan atau karantina di sekolah umum. Kentucky adalah salah negara bagian yang tidak memiliki undang-undang untuk melarang penggunaan metode pengurungan atau karantina di sekolah umum.

Dalam sebuah pernyataan, Dennis Davis, pengawas dewan pendidikan, mengatakan bahwa masalah itu sedang ditinjau oleh pihak sekolah dan sedang ditangani sesuai kebijakan distrik sekolah dan sesuai hukum negara bagian dan federal.




Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More