skip to main |
skip to sidebar
03.55
radittya priya
Ilustrasi. Wordpress.
JAKARTA- Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) memperkirakan, ekspor kakao olahan pada 2012 bisa mencapai 350.000 ton. Jumlah itu mengalami kenaikan dibandingkan tahun lalu yang hanya 250.000 ton.
Ketua Askindo Zulhelfi Sikumbang mengatakan, peningkatan ekspor terjadi karena adanya over supply kakao. Menurutnya, krisis ekonomi Eropa dan Amerika Serikat (AS), tidak akan berdampak langsung terhadap kinerja ekspor kakao olahan asal Indonesia.
“Kakao Indonesia tidak pernah ditolak oleh negara lain. Meski harga akan menjadi turun atau naik karena terjadi krisis, tapi pasar di sana akan tetap ada,” kata Zulhelfi di Jakarta, Minggu (1/1/2012).
Harga kakao olahan pada tahun ini akan mencapai sekitar USD2.000-USD2.800 per ton. Zulhelfi mengatakan, harga itu hampir sama dengan 2011. "Semenjak krisis Eropa dan over produksi dari Afrika Barat harga kakao sudah turun 40 persen,” ucapnya.
Sekadar informasi, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, ekspor kakao olahan Indonesia meningkat dari USD142 juta pada Januari – Mei 2010 menjadi USD216,4 juta pada 2011. Adapun ekspor cokelat untuk periode yang sama naik dari USD12,2 juta dari tahun lalu menjadi USD16 juta pada 2011.
Di sisi lain, ekspor biji kako turun dari USD448,3 juta pada tiga bulan pertama tahun lalu menjadi USD289,4 juta pada 2011.
Terkait produksi pada tahun ini, dia menjelaskan, akan mencapai 500.000 ton, atau naik dibandingkan 2011 yang sebesar 420.000 ton. Peningkatan produksi, kata dia, didorong oleh iklim cuaca yang baik. Sedangkan pada 2011, produksi merosot tajam akibat anomali cuaca yang buruk.
“Pada 2010 yang lalu produksi kakao Indonesia sempat mencapai angka 575.000 ton, sayangnya pada 2011 mengalami penurunan menjadi hanya sebesar 420.000 ton karena musim kemarau bertemu dengan musim hujan,” tukasnya.
0 komentar:
Posting Komentar