Pages

Kamis, 26 Januari 2012

Kisah Sukses Angry Birds. Jalan Terjal Sebelum Roketkan 'Burung-burung Pemarah'

Peter Vesterbacka (sha/inet)
Jakarta - Siapa yang menampik popularitas Angry Birds? Namun tak banyak yang tahu jika pembesut Angry Birds -- Rovio -- harus mengarungi jalan terjal sebelum akhirnya menikmati kesuksesan dengan 'burung-burung pemarah' itu.

Cobaan yang sempat dirasakan Rovio mulai dari dukungan finansial yang tidak mencukupi hingga puluhan game ciptaan mereka yang tak laku di pasaran.

Rovio mengawali kiprahnya dengan 12 pekerja sebelum akhirnya berkembang menjadi 260 karyawan dalam waktu 2 tahun. Sebelum kelahiran Angry Birds, puluhan game sejatinya telah mereka racik, namun sayang kurang diminati pasar.

"Kami memiliki pengalaman yang cukup lama dalam pembuatan game. 51 game-game keren, namun penjualannya tidak gemilang. Angry Birds adalah game ke-52 kami," ungkap Peter Vesterbacka, Chief Marketing Officer Rovio.

Apa penyebab kesuraman perjalanan mereka kala itu? "Saat itu belum ada app store, sehingga sangat sulit mendistribusikan game-game kami," ujarnya. Oleh sebab itulah mereka harus berteman dengan operator dan pembuat handset.

"Memang asyik membuat game, tapi tidak asyik bagi kantong," kelakarnya, mengenang saat itu.

Beruntung, setelah itu lahirlah app store. "Semuanya dikontrol oleh para operator. Kalau satu orang tidak suka, ya sudah. Namun app store mengubah itu semua, demikian cerita pria berhoody merah ini di sela-sela pertemuannya dengan developer lokal, Rabu (25/1/2012).

Butuh waktu 8 bulan bagi mereka untuk membesut game yang identik dengan warna merah ini. Ternyata, pemilihan warna ini pun memiliki arti tersendiri.

Merah, menurut Peter adalah warna yang stand out alias mencolok. "Jika Anda ingin membuat aplikasi, maka ia harus stand out," ungkapnya.

Kiprah Rovio dengan Angry Birds kini terbukti telah menuai kesuksesan. Pada tahun lalu dilaporkan seluruh versi Angry Birds telah diunduh sebanyak 400 juta kali dan setiap harinya ada 30 juta pemain yang berjibaku dengan game ini.

"Kini kami sangat sukses namun kami akan selalu mencari karya baru yang lebih hebat," tutur Peter.

Di sela-sela acara Media Launch Nokia Asha 300, Peter turut memberikan harapan bagi developer Indonesia. Bagi pihak pengembang lokal yang ingin menyumbang ide bagi tim Rovio, maka mereka akan diberi kesempatan magang di kantor Rovio selama seminggu.

Kerja bareng dan dapat ilmu langsung dari ahlinya? Hmm... Siapa yang tak mau.



Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More