Pages

Rabu, 08 Februari 2012

Giginya Jelek dan Rusak, Perokok Tetap Tak Mau ke Dokter Gigi

img
  Zat yang terkandung dalam rokok bisa menyebabkan masalah pada mulut dan gigi perokok, tapi sayangnya banyak perokok yang malas atau sangat jarang pergi ke dokter gigi.

Survei pemerintah yang dilakukan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) ini melibatkan lebih dari 1.600 orang dewasa yang berusia sekitar 16-84 tahun.

Diketahui lebih dari sepertiga perokok dilaporkan memiliki 3 atau lebih masalah gigi, mulai dari noda pada gigi, nyeri rahang, sakit gigi atau gusi yang terinfeksi. Kondisi ini 2 kali lebih banyak ditemukan pada perokok ketimbang non-perokok.

Studi ini juga menemukan sebanyak 20 persen dari perokok ini mengakui dirinya tidak pernah datang ke dokter gigi setidaknya dalam 5 tahun terakhir. Namun hanya 10 persen non-perokok dan mantan perokok yang tidak pernah ke dokter gigi.

"Perokok sepertinya menyadari kesehatan gigi mereka lebih buruk, tapi mereka tidak melakukan apa-apa," ujar Robin Cohen, seorang ahli statistik CDC, seperti dikutip dari HuffingtonPost, Rabu (8/2/2012).

Cohen menuturkan alasan utama dari sekitar setengah perokok ini mengaku menghindari dokter gigi adalah karena tidak mampu membayar biaya perawatan gigi atau tidak memiliki asuransi.

Selain itu perokok juga takut melihat seorang dokter gigi, karena ia sadar memiliki masalah pada kesehatan gigi dan mulut. Proporsi ini jauh lebih tinggi dibanding orang dewasa yang tidak merokok.

Sebuah laporan Surgeon General tahun 2000 menemukan bahwa merokok bisa menyebabkan kondisi kesehatan gigi yang buruk, karena rokok merusak kemampuan tubuh untuk melawan infeksi di mulut. Padahal masalah kesehatan mulut bisa memicu terjadinya kondisi serius seperti diabetes, HIV, penyakit jantung atau stroke.

Salah satu cara yang bisa dilakukan perokok untuk mengurangi risiko gangguan mulut dan gigi adalah dengan menghentikan kebiasaan buruknya tersebut. Studi menemukan berhenti merokok bisa mengurangi risiko gangguan kesehatan mulut hingga 50 persen.


Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More