Pages

Senin, 09 Januari 2012

Bersikap Adil kepada si Kecil

detail berita


ORANGTUA mesti bersikap adil di depan anak-anaknya. Jika tidak, di antara anak akan timbul perselisihan antarsaudara. Bahkan, bisa mengakibatkan rasa depresi ketika dia beranjak dewasa.

Memang tidak mudah menjadi orangtua dan berlaku adil kepada anak-anak kita. Orangtua tentu mengerti, jika sikap pilih kasih itu akan membuat hubungan kakak dan adik tidak lagi harmonis. Akan muncul percekcokan dan perselisihan antarsaudara yang akhirnya mengarah pada kebencian sesama anggota keluarga.

Karena itu, tindakan sekecil apa pun yang dilakukan orangtua harus benar-benar dipertimbangkan bila berhadapan dengan buah hati kita, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Apalagi, penelitian terbaru menunjukkan bahwa ibu yang pilih kasih atau sikap favoritisme terhadap salah satu anaknya akan meningkatkan potensi depresi terhadap anak-anaknya yang lain saat dewasa.

Peneliti mewawancarai 275 ibu di daerah Boston, Amerika Serikat, yang berusia sekitar 60 tahun hingga 70 tahunan yang setidaknya memiliki dua anak dewasa yang masih hidup, dan 671 anak di antaranya adalah perempuan. Peneliti mengklaim mereka adalah tim pertama yang berhasil menunjukkan adanya efek berbahaya jika ibu pilih kasih kepada anak pada saat mereka dewasa.

Para peneliti mengamati sekitar 671 orang keturunan mereka, yang rata-rata berusia 43 tahun. Untuk mengukur sikap pilih kasih, para peneliti mengajukan tiga pertanyaan kepada para ibu. Pertama, anak ke berapa dalam keluarga yang Anda rasakan memiliki kedekatan yang paling emosional? Kedua, Jika Anda jatuh sakit atau cacat dan membutuhkan bantuan sehari-hari, anak mana yang paling mungkin untuk membantu Anda?

Ketiga, dengan anak yang ke berapa Anda paling sering memiliki perbedaan pendapat atau berargumen? Sebagian besar jawaban ibuibu tersebut berbeda. Sekitar 70 persen ibu menyebutkan dengan anak mana dia merasa paling dekat, 79 persen mengatakan nama anak yang dinilai bisa menjadi pengasuhnya, dan 73 persen anak disebutkan paling sering berargumen atau berselisih paham.

Sementara itu, hasil dari penelitian kepada anaknya, yaitu anak yang sudah dewasa cenderung percaya bahwa ibu mereka memiliki anak yang menjadi favorit seperti dalam kasus yang sedang dibahas. Hanya 15% anak-anak mengatakan tidak ada pilih kasih, tetapi 30 persen dari ibu melaporkan hal yang sama.

Persepsi favoritisme memiliki dampak yang lebih pada melimpahnya kasih sayang yang sebenarnya. Skor terkait depresi terbukti lebih tinggi untuk anak-anak yang percaya bahwa ibu mereka memiliki kedekatan lebih dengan saudaranya. Para anak yang ibunya melaporkan konflik yang lebih besar dengan saudara kandungnya juga melaporkan tingginya tingkat depresi.

Namun, para ilmuwan tidak menemukan kaitan antara depresi dan diferensiasi sebenarnya dari seorang ibu di antara anak-anaknya, terkait konflik atau kedekatan emosional. Temuan tersebut baru-baru ini diterbitkan dalam “Journal of Marriage and Family” edisi April 2010, yang akhirnya berujung pada harapan terhadap dibahasnya terapi baru penanganan masalah keluarga dan mencegah konflik yang timbul akibat perilaku pilih kasih.

“Kita memiliki norma kuat dalam masyarakat bahwa orangtua harus memperlakukan anak-anak yang sama. Jadi, sikap pilih kasih adalah topik yang tabu untuk dibicarakan,” kata penulis studi Karl Pillemer, seorang ahli gerontologi dari Cornell University, Amerika Serikat.

“Jika konselor dan paramedis dapat membantu orang tua dan anak-anak yang sudah dewasa membawa isu ini terbuka untuk didiskusikan, mungkin akan membantu mencegah timbulnya konflik keluarga mereka lebih lanjut,” lanjut Pillmer seperti dikutip healthday.com.

Kata Pillemer,sikap favoritisme yang dilakukan orang tua memperjelas dampak kesehatan mental anak.Favoritisme ibu berpengaruh pada perkembangan psikologis anak,bahkan setelah mereka tumbuh dewasa dan memulai keluarga sendiri.“Tidak peduli apakah Anda termasuk anak emas atau tidak misalnya,persepsi perlakuan tidak adil telah merusak efek untuk semua saudara Anda,”ujar dia.

“Menariknya,jadi anak favorit memiliki beberapa kelemahan yang serius.Itu berdasarkan temuan dalam,”ujar Pillemer.

“Anak yang disukai orang tua bisa jadi merasa bersalah dan dia dapat mengalami hubungan negatif dengan saudara lain,yang mungkin kesal dan sebal dengan dirinya.Anak yang difavoritkan biasanya mendapatkan perawatan lebih lanjut dan pendampingan orang tua,terutama pengobatan yang mengarah ke stres,”ungkap dia.




Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More