Tuberkulosis (TBC/TB) adalah penyakit yang sebenarnya bisa disembuhkan. Namun kadang ada beberapa penderita yang sudah sembuh ternyata penyakitnya kambuh lagi. Kenapa begitu?
Tuberkulosis merupakan penyakit berpotensi mengancam jiwa. TBC juga merupakan infeksi bakteri udara yang dapat ditemukan di seluruh dunia.
Penyakit ini membutuhkan pengobatan yang panjang. Tetapi dengan kedisiplinan pengobatan, sebenarnya penyakit ini dapat dikalahkan. Namun, kadang meskipun dengan pengobatan, infeksi ulang TBC dapat menjadi masalah.
Pengobatan untuk gejala TBC dapat berlangsung dari 6 bulan hingga 1 tahun, dan kadang-kadang ada penderita yang mengalami resistan terhadap obat TBC.
Ada beberapa pil yang harus diminum pada saat yang sama setiap hari, dengan ketepatan dan kedisiplinan jadwal minum obat. Jika aturan pengobatan TBC tidak ditepati, maka pengobatan dapat gagal.
Penderita TBC yang tidak disiplin dalam aturan minum obat mungkin merasa sudah lebih baik dan berpikir bahwa penyakitnya telah berhasil diobati. Namun, penyakit tersebut dapat kembali dengan lebih kuat dan lebih sulit diobati.
Ada banyak perdebatan mengenai apakah kambuhnya TBC disebabkan karena kambuh atau karena terinfeksi lagi dengan strain yang sama atau karena reinfeksi TBC dengan strain bakteri baru.
Di Amerika Serikat dan Kanada, kasus tuberkulosis yang paling sering terjadi adalah kekambuhan infeksi asli.
Hal tersebut terjadi mungkin karena pengobatan yang tidak memadai, dan bukan karena infeksi TBC dengan strain bakteri baru.
Banyak orang yang mungkin memiliki infeksi TBC laten, yang berarti bahwa tidak memiliki gejala TBC, tetapi bakteri masih berada dalam tubuh. Setelah bakteri menjadi aktif dan menyebabkan gejala-gejala TBC, infeksi menjadi TBC menjadi aktif.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada orang HIV positif yang terinfeksi TBC menunjukkan bahwa infeksi HIV membuat lebih rentan terhadap infeksi ulang tuberkulosis.
Mengobati kekambuhan TBC yang disebabkan oleh pengobatan yang tidak berhasil atau tidak lengkap justru lebih sulit.
Seringkali bakteri telah menjadi resisten terhadap pengobatan dan kombinasi yang berbeda dari obat-obatan yang telah diambil selama periode yang lebih lama.
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penyebab utama terjadinya resistensi obat TBC, merupakan jenis TBC yang paling sulit diobati. Jika kasus kekambuhan TBC merespon pengobatan, maka akan dapat berhasil diobati," kata para peneliti seperti dilansir dari EverydayHealth, Senin (19/3/2012).
Infeksi TBC tidak selalu dapat dicegah, baik infeksi primer atau infeksi sekunder. Tetapi ada beberapa langkah untuk mengurangi risiko infeksi TBC.
Bagi mereka dengan HIV, salah satu cara untuk mencegah infeksi ulang TBC adalah dengan menggunakan antibiotik isoniazid (INH).
Setelah pengobatan untuk TBC selesai, antibiotik pencegahan dapat menjadi pilihan untuk mengurangi risiko tenrjadinya infeksi ulang TBC pada orang dengan HIV.
Cara terbaik untuk mencegah TBC adalah untuk selalu disiplin dengan aturan pengobatan yang direkomendasikan oleh dokter yang merawat.
Membatasi kontak dengan orang-orang yang mungkin terkontaminasi dengan TBC juga mengurangi risiko infeksi ulang.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar