Pages

Senin, 19 Maret 2012

Senyawa Gula yang Bikin Anak Tidak Tulalit

img
  Otak adalah organ yang memiliki sekitar 50.000 koneksi sel saraf. Sejak dalam kandungan, jaringan sel otak selalu mengalami perkembangan. Semakin banyak koneksi yang ada di otak, semakin baik fungsi otak. Perkembangan jaringan otak mengalami penurunan setelah mencapai usia 11-12 tahun. Maka, usia balita dan anak-anak merupakan usia yang sangat penting bagi perkembangan otak.

Untuk menjaga fungsinya, kadar glukosa dalam darah di otak harus selalu terpenuhi. Hal ini penting pada anak-anak sekolah mengingat aktivitas belajar dan banyaknya kegiatan yang dijalani. Di sinilah salah satu fungsi penting sarapan, yaitu memberikan asupan karbohodrat atau glukosa untuk beraktivitas dan belajar hingga siang hari.

"Sarapan penting untuk memperbaiki kemampuan memperhatikan, memahami, memecahkan masalah, dan menjaga daya ingat. Nutrisi bagi otak juga memiliki efek jangka pendek dan jangka panjang terhadap kinerja otak," kata Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc, SpA(K), pakar gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam acara Scientific Media Briefing mengenai Manfaat Isomaltulosa bagi Perkembangan Kognitif Anak di Hotel Pullman, Jakarta (19/3/2012).

Dr Saptawati menjelaskan, energi yang dihasilkan dari pembakaran glukosa saat sarapan hanya bertahan untuk 1 jam saja. Setelah energinya habis, biasanya akan merasakan lapar dan lemas. Pada anak-anak, efek ini lebih kentara karena anak-anak membutuhkan energi yang sangat besar. Akibatnya, pada jam-jam menjelang siang, kebanyakan anak-anak sudah tidak fokus dengan pelajaran atau tulalit.

Untuk menjawab persoalan ini, Fakultas kedokteran Universitas Indonesia melakukan penelitian terhadap senyawa gula yang disebut isomaltulosa. Senyawa ini merupakan turunan dari sukrosa. Berbeda dengan gula biasa, isomaltulosa membutuhkan waktu 3 jam untuk diproses oleh tubuh. Akibatnya, energi yang dihasilkan dari pembakaran gula juga dapat bertahan hingga selama itu.

Penelitian yang dilakukan dr Saptawati dan rekan-rekannya ini menemukan bahwa anak-anak yang mengkonsumsi susu diperkaya isomaltulosa lebih lama rentang perhatiannya. Artinya, anak-anak ini mampu lebih lama memperhatikan pelajaran dan memiliki kemampuan otak yang lebih baik.

Energi yang dihasilkan isomaltulosa tidak sebesar yang dihasilkan dari gula biasa karena tidak menyebabkan lonjakan besar dalam gula darah. Dengan kata lain, indeks glikemiknya rendah dan aman untuk penderita diabetes. Namun karena isomaltulosa termasuk dalam senyawa gula, pennggunaannya tetap harus diperhatikan.

"Otak hanya membutuhkan 10% dari total kalori, jadi kalo konsumsinya terlalu banyak ya tetap bisa berisko. Susu yang diperkaya istumaltulosa sebaiknya cukup diminum 2-3 kali sehari. Untuk anak yang berisiko diabetes harus dibatasi," kata dr Saptawati.




Sumber

1 komentar:

saya ucapkan terimakasih atas aritkel dan gambar yang anda buat sangat bagus dan bermanfaat bagi saya.
http://obatpenyakitkelamin.strikingly.com

Posting Komentar

Pages

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More