Pages

Selasa, 17 Januari 2012

Awas si Kecil Kecanduan Game!

detail berita

DUH si adik, dari pagi, siang, sampai sore, main Angry Birds terus, sampai lupa belajar, mandi dan makan. Kalau sudah ngegame, enggak mau berhenti!” 
Ya, saat sebagian besar waktu di luar jam sekolah dihabiskan untuk bermain game, tertidur di sekolah, mulai berbohong soal kegiatan main game, enggan bermain bersama teman, terlihat terganggu atau rewel saat tidak bermain game dapat menjadi gejala seorang anak mengalami kecanduan game.

Memang, game dirancang menarik dan fun, sehingga penggunanya ingin terus memainkannya. Mencapai skor tertinggi dan mengalahkan skor orang lain, merupakan salah satu sebab anak ingin bermain terus hingga lupa waktu.

“Sebenarnya yang menjadi masalah bukanlah permainannya, namun ketidakmampuan anak untuk menyeimbangkan kebiasaan bermain dengan aktivitas lain dalam hidupnya,” buka Athalia Sunaryo MPsi Psi, Psikolog dari Seven Consulting, Jakarta.

Lantas, apakah itu artinya ngegame dinilai membuat anak bermasalah? Dengan tegas Toge Aprilianto MPsi menyatakan, bila ada yang menilai demikian, justru orangtuanya lah yang perlu dievaluasi, karena telah gagal mengelola atau mendidik anaknya. Loh kok?

Menjadi Agresif

Dalam dunia permainan, anak bisa menjadi siapa saja. Bahkan, saat ngegame, kadang pemainnya “perlu” bertindak agresif secara aktif. Misal, pada permainan berjenis “agak keras” di mana anak bisa melakukan perang-perangan atau pukul-pukulan yang nanti akan mendapatkan reward saat dia melakukan tindakan kekerasan. Reward ini berupa skor besar, suara tepuk tangan, tulisan tertentu di layar. (menembak, memukul, menendang, dan lain-lain), agar mendapat skor tinggi atau menang. Artinya, tak menutup kemungkinan anak pemalu sekali pun berubah menjadi berani untuk bertindak agresif saat sedang bermain.

“Dikhawatirkan jika terlalu sering anak terpapar pada adegan ataupun mendapat kesenangan dari game semacam itu, dapat meningkatkan pemikiran, perasaan, dan perilaku agresif pada anak,” alas Athalia.

Harus Dicegah!
 
1. Batasi waktu anak yang melibatkan layar elektronik - televisi, video, internet, komputer, handphone, iPad, iPod. Misal, 1 - 2 jam per hari.

2. Jelaskan kepada anak pentingnya batasan dalam bermain game. Buat pula kesepakatan konsekuensi bila anak melanggar waktu yang ditentukan.

3. Sebaiknya anak diizinkan bermain game hanya pada saat akhir pekan. Tentunya anak tetap harus melakukan aktivitas lain dan tidak boleh non-stop bermain game. Batasan waktu yang ideal harus ditetapkan. Ada dua batasan yang dapat dipilih bergantung dari kesepakatan anak dan orangtua.

Pertama adalah batas waktu. Misalnya waktu yang disepakati adalah 30 menit, orangtua dapat memasang alarm/timer sehingga saat jam berbunyi itu adalah tanda waktu bermain game sudah habis. Sebagian besar game memiliki fitur untuk menyimpan aktivitas terakhirnya, sehingga anak bisa melanjutkan dan tidak mengulang dari awal. Jika anak tidak tahu, bantu dia untuk menemukan fitur tersebut. Kedua, adalah batasan level. Misalnya saja saat mencapai level 2, maka permainan akan dilanjutkan keesokan harinya. Saat mempertimbangkan pilihan ini, orangtua harus cermat dan sangat berhati-hati, karena mungkin saja ada level yang sulit dan dapat menghabiskan waktu berjam-jam. Karena itu, ini hanya bisa dipilih untuk game dengan perkiraan waktu yang jelas untuk tiap levelnya.

3. Bantu anak mengelola waktunya di rumah antara istirahat, belajar, dan bermain. Saat tidak bermain game, bukan berarti dia harus belajar terus-menerus begitupun sebaliknya. Berikanlah alternatif aktivitas untuk anak, namun masih dalam konteks “bermain” selain ngegame. Misal, membaca buku cerita, membuat kerajinan tangan, main bola, main boneka, masak-masakan.

4. Konsisten dengan jadwal yang sudah ditetapkan, lambat laun dia akan terbiasa. Tapi, bila batasan waktu berubah-ubah, akan membuat anak bingung dan terus mencoba untuk melanggar.

5. Tempatkan alat permainan elektronik di tempat yang memungkinkan orangtua dapat mengawasi anak. (Sumber: Mom & Kiddie)



Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More