Pages

Selasa, 17 Januari 2012

Materi Bukan Ukuran Kebahagiaan Anak

detail berita

MATERI bukan merupakan satu-satunya faktor yang membuat anak merasa bahagia. Namun kebahagiaan anak bisa ditumbuhkan lewat pengasuhan dan didikan orangtua yang tepat.


Kebahagiaan adalah sesuatu yang didambakan setiap orang, tak terkecuali bagi anak-anak. Namun, sering kali orangtua “terjebak” dalam peta yang keliru tentang kebahagiaan. Mereka merasa anak bahagia karena terlihat sehat. Ada pula yang bahagia bila anak berprestasi di sekolah. Apa pun wujud apresiasi kebahagiaan itu, ada tiga unsur yang selalu ada, yaitu kesehatan, kehidupan, dan kedamaian batin.

Faktanya, kebahagiaan pada masa kanak-kanak sepertinya masih jauh panggang dari api. Sebuah survei yang dilakukan Children Society yang mengikutsertakan sekitar 30.000 anak-anak berusia delapan sampai 16 tahun di Inggris menunjukkan bahwa hampir satu dari 10 anak tersebut merasa tidak bahagia. Penelitian amal itu mendapati bahwa keluarga memiliki dampak terbesar pada kebahagiaan anak-anak.

Children Society memperlihatkan sejumlah bukti jika “pada satu waktu, satu di antara 11 anak (sekitar 9 persen) usia delapan sampai 15 tahun memiliki kesejahteraan subjektif pada tingkat yang rendah.

Seluruh populasi—yang berjumlah tidak lebih dari 500.000 orang—mempunyai kesejahteraan subjektif yang rendah hanya pada satu hari. Hampir seperempat dari mereka yang telah pindah rumah lebih dari satu kali selama 12 bulan, memiliki tingkat rendah pada kesejahteraan, dibandingkan dengan rata-rata sekitar 10 persen dalam survei tersebut.

Penelitian itu juga menunjukkan bahwa ketidakbahagiaan meningkat secara dramatis seiring dengan bertambahnya usia.Jumlah mereka yang mengatakan hal itu merasa “rendah” dua kali lipat daripada usia 10 tahun (sekitar 7 persen di antaranya) dengan usia 15 tahun (14 persen).

Adapun perdana menteri Inggris telah membuat komitmen untuk memperluas pemahaman para penduduk terkait kualitas hidup. Kekayaan material tidak terlihat memengaruhi kebahagiaan anak— sebuah temuan yang meruntuhkan laporan UNICEF terbaru yang menyatakan bahwa anak-anak Inggris terjebak dalam “perangkap materialistis”. Acara amal itu juga menunjukkan bahwa anak-anak berusia delapan tahun telah “menyadari masalah keuangan pada keluarga mereka”.

Dalam kata pengantarnya PADA laporan ke masyarakat, Uskup Agung York John Sentamu menggambarkan penemuan dari 500.000 anak-anak yang tidak bahagia itu sebagai “peringatan untuk kita semua”.

“Sebuah analisis subjektif tentang kesejahteraan anak, bukan hanya pertanyaan tentang seberapa baik kehidupan anak-anak kita, tetapi seperti uji asam basa untuk masyarakat kita,” tulisnya.

Sentamu menambahkan, para pembuat kebijakan dan publik sendiri akan menemukan informasi yang jelas dalam laporan ini tentang penyebab anak-anak menjadi tidak bahagia dengan kehidupannya.

Children Society memang menyebutkan, ada enam prioritas yang diperlukan untuk mencapai masa kecil bahagia, di antaranya hubungan yang positif dan lingkungan yang aman. Elaine Hindal, Direktur Campaign for Childhood di Children Society, menyerukan pendekatan baru yang radikal pada masa kanak-kanak dengan menempatkan kesejahteraan mereka pada perasaan dan hati. Studi ini dia buat untuk menunjukkan agar anak merasa benar-benar penting.

Lord Layard, seorang ekonom, mengutarakan, penelitian ini penting untuk mengungkapkan gambaran sebenarnya dari kesejahteraan anak-anak di Inggris saat ini.

”Children Society telah menggunakan riset yang luas dan pengalaman yang mendalam untuk membantu kita melihat anak-anak dengan cara yang baru dan signifikan. Semua orang yang terlibat dalam pembentukan kehidupan anak-anak harus membaca dan mencatat laporan ini,” imbuhnya.




Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More