Pages

Senin, 23 Januari 2012

Warna-warni Sensasi Wine

detail berita

BUKAN sekadar minuman, wine mengajak penikmatnya bersosialisasi. Setiap wine memiliki cita rasa berbeda yang bisa berbicara banyak soal sejarah, geografi, dan sebagainya. Seperti kata ahli kimia Louis Pasteur, a bottle of wine contains more philosophy than all the books in the world.
Sambil mengisap sebatang rokok dalam-dalam, Billy sesekali menyesap Sauvignon di tangan kanannya. Sore itu dia tengah menikmati wine andalannya di sebuah wine lounge di kawasan Senayan, Jakarta. Mengaku menjadi penikmat wine lantaran terdorong gengsi, pria yang berprofesi sebagai karyawan swasta ini justru berani memilih wine jenis full body.
“Soalnya saya enggak suka wine yang manis,” kata Billy.

Penikmat wine amatir seperti Billy, belakangan ini semakin merebak. Berbanding lurus dengan kemunculan wine lounge di Ibu Kota. Ya, penikmat wine saat ini memang semakin meningkat, bagaikan cendawan yang tumbuh subur di musim hujan.

Kalau dulu wine lounge atau wine store hanya disesaki kaum ekspatriat, kini mereka yang berkulit sawo matang mulai keranjingan menyambangi butik-butik wine. Tak hanya itu, penikmat sejati wine di Jakarta pun mulai membuat wine club. Dimulai dari Wines and Spirit Circle yang awalnya beranggotakan kalangan ekspatriat, Sayang Bordeaux Indonesia Wine Club, Grand Cru, Jalan Sutra yang juga sempat membuat wine club, hingga Evergreen Wine Club. Klub-klub wine ini secara berkala mengadakan wine tasting, wine dinner, serta food and wine pairing.
Pakar kuliner William Wongso mengatakan, pionir klub wine di Indonesia sebenarnya adalah Jakarta Wine Society yang berdiri pada 1993. Klub ini dia dirikan bersama rekannya, John Read. Ada pula Jakarta Wine Circle yang dimotori penggemar wine asing yang tinggal di Jakarta, beranggotakan 1.000 orang lebih.

“Tapi, kemudian aktivitasnya menurun karena ketatnya peraturan impor wine. Asosiasi ini adalah cikal bakal berkembangnya penggemar wine dan menjadi bagian dari lifestyle,”kata mantan Presiden International Wine & Food Society cabang Jakarta (1991–1994) itu.

Dalam setiap pertemuan, para anggotanya tak segan merogoh kocek hingga puluhan juta rupiah. Kendati para penikmat wine jumlahnya masih kalah jauh ketimbang di Singapura dan Jepang, namun Indonesia telah memiliki beberapa sommelier andal. Sommelier atau ahli wine ini mendirikan Indonesia Sommelier Association tiga tahun silam.

Adam, salah seorang sommelier dari Loewy Bar & Restaurant di Kuningan, Jakarta, mengatakan, saat melakukan pengujian wine dibutuhkan identifikasi sedikitnya dari tiga indera. Mata untuk membedakan warna red atau white wine, hidung bekerja membaui aroma wine, dan mulut untuk mengetahui varietas anggur.

Sommelier bertugas membeli wine, menentukan wine yang akan dijual, memberi training kepada staf lain, dan yang paling penting merekomendasikan wine yang cocok untuk para tamu,” kata juara nasional Indonesia Best Sommelier 2010 itu.

Apa sebenarnya yang membuat sebotol wine begitu mahal? Beberapa kalangan menganggap harga tidak mencirikan kualitas wine. Ada beberapa hal yang menjadikan wine mahal. Harga tanah dan tenaga kerja di mana wine tersebut berasal menjadi faktor pemicu. Australia misalnya, melakukan panen anggur menggunakan traktor dengan alasan efisiensi sehingga biaya produksi bisa ditekan lebih rendah.

Sementara Prancis mensyaratkan produksi maksimum per hektare. Dengan begitu, pihak produsen tidak bisa mengharapkan panen yang lebih banyak dan berlimpah karena over cropping justru akan membuat cita rasa wine menjadi cemplang dan tidak bisa disimpan lama. Hal ini guna menjaga kualitas wine agar tidak merosot.

Adam menambahkan, merek dan tahun pembuatan wine ikut menentukan harga sebotol wine. Misalnya wine buatan 2003 dihargai mahal karena perkebunan anggur di Prancis kala itu menghasilkan panen terbaik.

Lebih jauh tentang harga, menurut penikmat sekaligus penulis wine Burhanuddin Abe, sangat subjektif. Negara yang mengeluarkan wine bisa mengatakan sebotol wine berkualitas bagus dan karenanya harganya amat tinggi.

“Hal lain yang membuat wine di sini sangat mahal, terutama pajak minuman beralkohol. Belum lagi ongkos pengiriman barangnya,” lanjut Abe.

Minuman beralkohol yang terbuat dari sari anggur jenis vitis vinifera yang dibuat melalui fermentasi gula yang ada dalam buah anggur ini, masuk ke Indonesia sekitar 1980-an. Pada saat itu, wine yang dijual di sebuah supermarket ini harganya relatif lebih murah dibandingkan sekarang dan pembelinya kebanyakan orang asing.

Wine memang ribuan jenisnya, tapi tidak perlu dihafal kok. Yang penting Anda tahu jenis wine yang Anda nikmati. Jenis anggur merah yang terkenal di kalangan peminum wine di Indonesia antara lain Merlot, Cabernet Sauvignon, Shiraz, dan Pinot Noir.

Sementara white wine atau anggur putih yang populer seperti Chardonnay, Sauvignon Blanc, Semillon, Riesling, dan Chenin Blanc. Rose wine, wine berwarna merah muda dibuat dari anggur merah namun dengan proses ekstraksi warna yang lebih singkat dibandingkan dengan proses pembuatan red wine.

Sementara sparkling wine adalah wine yang mengandung cukup banyak gelembung karbondioksida di dalamnya. Sparkling wine yang paling terkenal adalah Champagne dari Prancis. Ada pula sweet wine dan fortified wine. Sudah menemukan wine pilihan?




Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More