WAKTU tempuh yang singkat membuat pesawat menjadi moda transportasi favorit belakangan ini. Namun, sering kali muncul keluhan, usai naik pesawat kok badan
menjadi demam dan meriang. Apa sebabnya?Pesawat tak hanya menjadi pilihan yang nyaman untuk perjalanan jauh, rupanya pesawat juga menjadi tempat favorit kuman untuk menular. Sebuah penelitian bahkan menyebut bahwa para penumpang pesawat berisiko tinggi tertular penyakit. Saat berada di pesawat, seseorang mengalami peningkatan risiko terserang flu kira-kira sebesar 20 persen.
Apalagi saat liburan, pesawat penuh dengan penumpang, mulai anak-anak hingga orang dewasa. Dan, kita tak pernah tahu kuman, bakteri, dan virus apa yang ada bersama mereka. Tempat tertutup tanpa sirkulasi udara dituduh sebagai penyebabnya.
Memang pesawat telah dilengkapi dengan filter udara yang berkemampuan menangkap 99,9 persen partikel bakteri dan virus pembawa. Namun, persoalannya adalah saat mesin pesawat sedang dimatikan, secara otomatis alat penyaring udara juga berhenti bekerja. Nah, pada saat itulah, kuman dan bakteri bisa leluasa berbiak.
Satu studi pada 1979 mengungkapkan bahwa ketika pesawat berhenti selama tiga jam dengan mesin dan air conditioner(AC) mati, 72 persen dari 54 orang di dalamnya jatuh sakit dua hari sesudahnya. Dan, mereka menemukan strain flu tersebut berasal dari salah seorang penumpang tersebut. Untuk alasan itu, pada 2003 Federal Aviation Administration mengeluarkan imbauan kepada maskapai penerbangan untuk mengevakuasi penumpang bila selama 30 menit pesawat tanpa sirkulasi udara.
Biasanya, ancaman penyakit datang dari hidung, mulut, dan tangan penumpang yang duduk bersebelahan. Sebuah penelitian yang dilansir di jurnal Emerging Infectious Diseases, yang diterbitkan Pusat Pengawas dan Pencegahan Penyakit AS, menyebutkan bahwa infeksi bisa menyebar dari dua kursi di samping, di depan, dan belakang Anda.
Penelitian telah menunjukkan bagaimana penyakit dapat menyebar dengan mudah di kabin pesawat. Pada sebuah penerbangan jarak jauh pada 2009, peneliti menemukan terjadinya penularan penyakit flu burung. Peneliti dari Australia ini mendapati 2 persen dari penumpang tertular penyakit flu burung dari seorang penumpang. Adapun 5 persen lainnya juga tertular seminggu setelah mendarat.
Masih menurut penelitian tersebut, risiko awak dan kru pesawat tertular virus H1N1 juga meningkat sebesar 3,6 persen jika mereka duduk dalam dua baris dari seseorang yang memiliki gejala dalam penerbangan. Risiko itu akan meningkat menjadi 7,7 persen jika awak pesawat tersebut duduk di zona dua-kursi panas,kursi yang jaraknya dua baris dari penderita.
Sindrom pernapasan akut (SARS) yang mewabah pada 2002-2003 malah bisa menular dalam radius yang lebih jauh. Pada sebuah penerbangan, seorang penumpang menyebarkan strain tertentu kepada penumpang lain yang duduk di baris ketujuh darinya. Anehnya, orang-orang yang duduk di samping penumpang yang sakit malah tidak terjangkit penyakit ini.
“Banyak yang bilang, kebanyakan orang duduk di dekat orang yang sakit mungkin tidak akan tertular,” kata Mark Gendreau dari Boston Medical Center Lahey Clinic.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar