Pages

Senin, 16 Januari 2012

Gangguan Tidur Akibat Shift Kerja

img
Bagi yang seringkali bekerja di luar waktu jam kantor normal misalnya di malam hari antara pukul 21.00- 05.00 pagi sebaiknya waspada agar tidak terkena kondisi gangguan tidur akibat shift kerja (Shift Work Sleep Disorder). Cerita salah satu pasien di bawah ini mungkin bisa membantu memahami bagaimana waktu kerja bisa mempengaruhi tidurnya.

"Saya adalah seorang pekerja disuatu pabrik. Kerja saya kebanyakan shift malam yang dimulai pukul 10 malam sampai pukul 6 pagi. Hal ini sudah berlangsung hampir 5 tahun. Shift malam ini biasanya bergantian selang tiga hari. Permasalahan tentang tidur saya mulai timbul mulai 3 tahun yang lalu. Saya kesulitan tidur sepulang kerja shift malam. Ketika shift saya berganti ke pagi hari juga saya sebaliknya tidak bisa tidur di malam hari. Sialnya walau tidak bisa tidur saya kerap mengantuk dan sulit konsentrasi walaupun saya tetap tidak bisa terlelap. Saya sudah mencoba beberapa obat tidur dari yang dijual bebas sampai yang akhirnya diresepkan dokter tetapi tetap tidak banyak membantu. Saya juga akhirnya menjadi mengalami kesulitan dalam hubungan seksual karena tidak bergairah dan sulit terangsang". (Tuan A, Laki-laki, usia 50 tahun)

Kondisi seperti Tuan A ini banyak dialami oleh orang yang kerjanya memang pada waktu di saat orang-orang mulai tidur. Walaupun tidak semua orang yang bekerja shift malam akan mengalami kondisi ini tetapi kebanyakan mempunyai risiko untuk mengalami hal ini.

Kondisi yang sering diungkapkan oleh penderita biasanya adalah kesulitan tidur saat jam kerja berakhir atau merasa mengantuk tetapi tidak bisa jatuh tertidur. Selain itu juga pasien sering mengeluh sakit kepala, sulit konsentrasi dan merasa kelelahan.

Mengganggu Irama Sirkadian

Kondisi sulit tidur seperti ini tentunya akan sangat mengganggu fungsi orang tersebut. Pada umumnya orang membutuhkan sekitar 6-8 jam tidur seharinya dan kondisi ini agak sulit tercapai pada pasien yang mengalami gangguan tidur akibat shift kerja.

Yang terjadi pada pasien dengan kondisi ini sebenarnya adalah irama sirkadian atau jam biologis tubuh tidak mampu mengatasi perubahan situasi yang ada. Seperti diketahui proses tidur di malam hari dipengaruhi oleh cahaya. Cahaya matahari yang hilang di saat matahari terbenam selaras dengan meningkatnya hormon tidur yaitu melatonin di dalam tubuh yang menginduksi tidur. Kondisi ini yang akan mengantarkan individu memasuki tidurnya di malam hari.

Pada orang yang bekerja di malam hari sampai pagi hari, kondisi ini tidak berhasil menjadi pola yang seharusnya karena ternyata tubuh tidak mengikuti polanya untuk tidur tetapi terus diusahakan terjaga oleh orang tersebut.

Sayangnya pada saat individu itu ingin tidur di pagi hari, tubuh tidak melihat adanya sinkron dengan lingkungan yang sudah terang. Kondisi 'kebingungan' tubuh inilah yang memicu adanya suatu gangguan tidur yang terkait dengan shift kerja.

Hal ini terutama terjadi pada individu yang pola ganti shift-nya lebih sering misalnya tiap 3-4 hari sekali dibandingkan dengan inidividu yang ganti shift-nya misalnya sebulan sekali.

Efek pada Tubuh dan Mental

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Dr Andrew D. Krystal, MS dari Departemen Psikiatri di Duke University School of Medicine, Durham, USA mengatakan ada beberapa kondisi yang terkait dengan kondisi kesulitan tidur pada pasien yang mengalami gangguan tidur terkait shift kerja.

Kelainan endokrin seperti peningkatan nafsu makan, metabolisme dan konsumsi oksigen. Juga terjadi pengaktifan sistem saraf otonom simpatik yang sering menimbulkan gejala-gejala seperti jantung berdebar dan perasaan sesak napas yang biasanya memicu kecemasan. Juga pengurangan penggunaan zat glukosa di otak pada daerah tertentu sehingga otak tidak bekerja optimal.

Kondisi kesulitan tidur ini juga bisa meningkatkan abnormalitas sistem neuroendokrin yang terkait dengan penurunan hormon stimulasi tiroid, menurunkan kadar hormon pertumbuhan (growth hormon), prolactin dan leptin. Pasien juga akan menurun daya kekebalan tubuhnya terhadap penyakit infeksi dan meningkatkan stres oksidatif yang menghasilkan oksidan tubuh.

Selain itu juga kondisi kesulitan tidur ini bisa meningkatkan kecelakaan kerja dan kecelakaan lalu lintas bagi individunya. Gangguan suasana perasaan seperti iritabilitas adalah salah satu contoh yang paling sering menghinggapi pasien.

Apa yang bisa dilakukan?

Walaupun sangat sulit pekerja harus bisa menempatkan tidur sebagai prioritas setelah bekerja. Ia harus menyiapkan sebaik mungkin waktu tidur di pagi hari setelah bekerja. Siapkan tubuh dan pikiran untuk tidur. Kurangi ekspose (paparan) terhadap cahaya di pagi hari dalam perjalan pulang ke rumah. Salah satu caranya dengan memakai pakaian yang mengurangi ekspose sinar matahari ke kulit.

Kalau Anda mempunyai ritual sebelum berangkat tidur di malam hari, lakukan seperti biasa. Jangan tunda waktu tidur anda dengan kegiatan lain atau perjalanan lain, segera tidur setelah masa kerja malam habis. Ingat selalu pentingnya menjaga waktu tidur antara 6-8 jam perhari.

Minta keluarga di rumah untuk mendukung upaya Anda untuk segera tidur. Lingkungan yang nyaman dan tenang bisa membantu Anda menuju tidur yang tenang. Hindarkan dari berisiknya suara TV atau alat-alat kerja yang mengeluarkan suara. Bisa juga menempelkan larangan 'Jangan diganggu, sedang tidur' di depan kamar Anda.

Ingat tidur sangat penting untuk kesehatan tubuh dan jiwa. Usahakan sebaik mungkin waktu tidur Anda agar menjadi individu yang sehat dan berkualitas.
Salam Sehat Jiwa.

Penulis
Dr. Andri, SpKJ
Psikiater Bidang Psikosomatik Medis
Psikiater, Dosen FK UKRIDA, Jakarta
Psychosomatic Clinic, Omni Hospital Alam Sutera Tangerang.




Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More